
PM Thailand Mundur, Bisakah Partai Oposisi Mengambil Kekuasaan?
Kamis, 13 Juli 2023 – 20:07 WIB
Bangkok — Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha, mengatakan dia akan pensiun dari politik, setelah lebih dari sembilan tahun merebut kekuasaan dalam kudeta militer. Pengunduran dirinya mengikuti kekalahan telak partainya pada bulan Mei, dan berada di urutan kelima, jauh di belakang partai oposisi yang masih muda yang berjanji untuk menghapus militer dari politik.
Baca juga:
Prabowo Soroti Kenakalan Pemuda Ganggu Pariwisata RI Kalah dari Malaysia
Namun, Prayuth akan tetap sebagai perdana menteri sementara sampai pemerintahan baru terbentuk.
Prayuth, yang pertama kali merebut kekuasaan dalam kudeta pada 2014, memimpin penangkapan aktivis dan lawan politik, serta menyensor dan membatasi kerja media. Kemudian, dia diangkat sebagai perdana menteri oleh parlemen pada 2019.
Baca juga:
Jaringan Penyelundup Sabu Thailand, Malaysia, dan Aceh Ditangkap
Partai Move Forward Thailand yang dipimpin oleh Pita Limjaroenrat memenangkan pemilu
Foto: Foto AP/Wason Wanichakorn
Royalis setia dan konservatif mengatakan dia telah bekerja keras untuk melindungi bangsa, agama, monarki untuk kepentingan rakyat tercinta.
Baca juga:
ASEAN-BAC: Thailand Menjadi Contoh Keberhasilan Pemanfaatan Potensi Penanaman Modal Asing di ASEAN
“Saya telah berusaha memperkuat negara di segala bidang untuk stabilitas dan perdamaian serta mengatasi banyak hambatan di dalam negeri dan internasional,” kata Prayuth, dikutip dari The Guardian, Kamis, 13 Juli 2023.
Saat menjabat, dia telah menghadapi sejumlah mosi tidak percaya, serta protes massa pada tahun 2020, menyerukan pencopotannya dari jabatan, penghapusan konstitusi yang didukung militer disahkan di bawah pemerintahannya, dan reformasi monarki.
Halaman selanjutnya
Namun, dia menanggapi dengan mengancam akan menggunakan semua undang-undang, semua pasal untuk melawan pengunjuk rasa pro-demokrasi.